Suatu ketika, penulis pulang dari Semarang usai mengantar pegawai Sekretariat Negara ke Bandara Ahmad Yani Semarang. Sekitar setengah lima sore, sopir memarkir mobil Innova berletter merah milik institusi penulis bekerja di sebuah masjid di pinggir jalan tol Semarang. Usai sholat Ashar, penulis menyaksikan banyak perempuan dan laki-laki duduk di atas jok sepeda motor mereka. Nampaknya mereka sedang menunggu kelarnya anak-anak Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) di Masjid tersebut dari tempat mereka belajar.
Penulis menjadi teringat ketika beberapa tahun silam, sering berdiskusi dengan teman-teman pengajar TPQ yang sering melihat kejadian yang dianggap lucu bagi mereka. Betapa tidak, para orang tua dari anak-anak TPQ itu, yang umurnya masih tergolong muda, menjemput anaknya dengan pakaian sekenanya. Betapa pendidikan benar-benar menjadi tangggungjawa ‘para guru ngaji saja’; yaitu serangkaian upaya teknis dan operasional oleh para guru ngaji, agar anak-anak yang mereka titipkan menjadi anak yang bik, shaleh-shalehah, dan kelak bisa dibanggakan. Baca lebih lanjut